Diduga Penguji Tidak Kompeten, Coreng Nama Baik Universitas Muhammadiyah Jakarta

Indramayu, harian24news.id – Gelombang ketidakpuasan melanda kalangan wartawan di Indramayu. Ketua Ikatan Wartawan Online (IWO) Kabupaten Indramayu, Kang Supardi, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kakang Prabu dengan tegas menyatakan mosi tidak percaya terhadap salahsatu Penguji yang dihadirkan di Lembaga Uji Kompetensi Wartawan (LUKW) Universitas Muhammadiyah Jakarta.yang digelar pada tanggal 21-22/2/2025.

Tuduhan ketidakprofesionalan, kurangnya transparansi, dan dugaan komersialisasi menggema, menciptakan badai kritik yang menargetkan integritas penguji tersebut.

“Saya merasa bahwa Penguji tidak menjalankan fungsinya dengan baik,” ujar Kakang Prabu dengan nada kecewa. Senen (24/2/2025) di Kantor IWO Kabupaten Indramayu Jawa Barat. Ia mengungkapkan sejumlah kejanggalan yang dialaminya saat mengikuti Uji Kompetensi Wartawan (UKW) tingkat Madya yang dilaksanakan pada tanggal 21-22 Februari 2025 kemarin.

Salah satu poin utama kekecewaan adalah adanya salahsatu penguji yang  nakal, dan tidak berakhlak awalnya waktu uji rapat redaksi itu dimana Nurcholis membentak saya  dan .melecehkan saya dengan nanya lulusan apa hingga ada dugaan pantas untuk ditumbalkan, disini kisruh itu dimulai .

“Mata uji rubrik itu sudah ga relevan dengan media online di era digital sekarang ini, tapi penguji Nurcholis MA Basyari terus mencari kelemahan saya  hingga terus menghajar saya dimata uji ini.

“Nurcholis MA Basyari sebagai penguji masih berpola pikir media cetak,. Kalau di media online sudah ga ada lagi Rubrikasi. Yang ada itu kanalisasi. “Apalagi HP saya  kurang mendukung untuk membuat matrix.

Mata uji lain-lainnya OK. Saya sebagai Ketua IWO (Ikatan Wartawan Online Kabupaten Indramayu Jawa Barat) bukan dari media abal-abal, tapi media yang berpengaruh di Indramayu, dan berbadan hukum resmi. Datang  jauh -jauh dengan biaya habis Rp. 5000.000 lebih untuk datang ke UKW telah berkorban banyak waktu dan biaya sampai pinjam uang sana-sini juga rugi waktu tidak ikut memimpin kegiatan rapat dengan anggota IWO malah sampai di tempat Ujian UMJ dikorbankan oleh penguji yang tidak berakhlak. Hingga ada bisik-bisik dan diantara penguji harus ada orang yang dikorbankan hingga mengarah ke Ketua IWO Kabupaten Indramayu Jawa Barat.

“Dia (Nurcholis MA Basyari) bukannya ngasih arahan, tapi malah menyudutkan. Diduga ada indikasi sengaja mengorbankan untuk tidak diluluskan,” ungkapnya. Lebih lanjut, ia menuding penguji tersebut mencoba memanfaatkan situasi untuk kepentingan komersial.

“Malah dia menyarankan agar saya mengumpulkan wartawan di Indramayu agar diadakan Diklat sebagai narasumber beliau. Ini komersial namanya. Sekelas Nurcholis  MA Basyari orang berpendidikan tinggi, tapi masih mencari uang receh, miris,” tambah Kakang Prabu.

Ketidakpuasan semakin memuncak ketika seorang pendamping penguji memberikan jawaban yang dianggap tidak cerdas terkait kelulusan peserta. Jawaban yang mengalihkan tanggung jawab kepada Dewan Pers dinilai sebagai upaya untuk menghindari akuntabilitas. “Yang lebih parah lagi, ada seorang pendamping penguji ketika ditanya siapa saja yang lulus, jawabnya begitu enteng, yaitu ‘kewenangan kelulusan adanya di Dewan Pers.’ Ini jawaban tidak cerdas,” tegas Kakang Prabu menunjukkan kekecewaannya terhadap kurangnya profesionalisme.

Kakang Prabu menyerukan reformasi total terhadap penguji Nurcholis MA Basyari  Ia menekankan perlunya evaluasi ulang terhadap penguji yang dianggap tidak kompeten / tidak berakhlak dan memiliki sikap yang angkuh. “Kami butuh perubahan,” katanya, menegaskan pentingnya membangun kembali kepercayaan publik terhadap penguji tersebut.

Kurangnya transparansi dalam proses penilaian menjadi sorotan utama. Banyak wartawan yang merasa tidak mendapatkan kejelasan mengenai kriteria penilaian dan alasan ketidaklulusan. Hal ini memicu spekulasi dan kecurigaan, merusak citra penguji Nurcholis MA Basyari.

Selanjutnya kami nanti bila benar dijadikan tumbal akan lakukan somasi ke instansi -instansi/ lembaga terkait Pers.

Proses sertifikasi yang seharusnya menjadi tolok ukur kompetensi, justru menjadi sumber keresahan dan ketidakpastian.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari pihak Universitas Muhammadiyah Jakarta maupun penguji Nurcholis MA Basyari, tentu Publik menantikan klarifikasi dan langkah konkret dari universitas untuk mengatasi krisis kepercayaan ini.

Kasus ini memicu gelombang solidaritas di kalangan wartawan Indramayu. Mereka bersatu untuk menuntut perubahan dan perbaikan dalam sistem uji kompetensi. Semangat kebersamaan ini menjadi kekuatan pendorong untuk mewujudkan jurnalisme yang lebih baik.

Kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak terkait pentingnya menjaga integritas dan profesionalisme penguji  (UKW)  Uji Kompetensi Wartawan.

Harapan akan lahirnya Penguji yang lebih baik dan terpercaya terus menyala di hati para jurnalis. (**)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *